Rabu, 22 Maret 2017

Manfaat Dan Khasiat Daun Putri Malu Bagi Kesehatan

Berikut ini adalah manfaat dan khasiat daun putri malu untuk kesehatan tubuh, dan juga sebagai obat herbal untuk pengobatan berbagai jenis penyakit.


Manfaat Putri Malu

Semuahal yang terdapat didunia ini bukan diciptakan tanpa sebab, semua adalah hal yang biasa kita manfaatkan atau kita jadikan pelajaran.

Seperti halnya daun putri malu, yaitu tumbuhan yang daunnya selalu mengkerut saat disentuh. Secara biologi, tindakan putri malu tersebut dikarenakan kepekaannya terhadap sangsangan. Namun, secara fifat tindakan tersebut dianggap sebagai sifat pemalu pada tumbuhan, karena itulah disebut putri malu.

Selain pemalu, ternyata tumbuhan ini memiliki banyak manfaat yang bisa banyak kita  gunakan untuk obt penyakit mulia dari akar sampai daunnya. Putri malu (Mimosa pudica L.) banyak kita jumpai dirumput-rumput liar dan juga merupakan salah satu tumbuhan liar.

Bgian yang masi belum tau puti malu, tanaman ini memiliki bebtuk daun kecil-kecil tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, (ada yang warna kemerah-merahan), memiliki duri di batangnya. Tanaman ini kadang berbunga juga, bentuk bungnya bulat seperti bola, warna merah muda, bertangkai.

Ciri khas tumbuhan ini adalah tumbuhan ini sensitip sekali dengan sentuhan sehingga daunya akan mengatuk begitu disentuh dan tumbuhan ini walopun banyak orang tahu dan pernah lihat tanamn puti malu ini, akan tetapi tidak banyak yang begitu tahu kalo ternyata putri malu ini berkhasiat sekali baik secara medis maupun empiris.

Hampir semua bagiaan dari putri malu ini berkhasiat, dari daun, akar, sampai ke seluruh tanaman, baik masih segar maupun dikeringkan.

Naik secara medis maupun emperis, putri malu bisa mencegah dan mengobati beberapa penyakit.

Kandungan:

. Tanin
. Mimosin
. Asam pipekolinat

Manfaat Daun Putri Malu:

Hepatitis

Rebusan putri malu telah diuji mampu mencegah dan mampu mengobati hipetitis. Caranya dengan merebus putri malu sebanyak 10 gram dengan air 200 cc sampai mendidih selama 15 menit. Hasil rebusan diminum rutin.

Susah tidur (Insomia)

Bagi orang yang menderita susah tidur, bisa mencoba merebus sebanyak 30-60 gram daum putri malu diminum airnay. Atau rasanya mungkin akan lebih enak kalau mencampur 15 gram daun putri malu denga 15 gram daun sawi langit (vemonia cinerea) dan 30 gram daun callincing lalu direbus dan airnya kemudian diminum.

Bronchitis Kronik

Penyakit bronchitis adalah merupakan salah satu penyakit paru-paru. Bagi yang punya penyakit, bisa merebus 60 gram akar putri malu dengan sebanyak 600 cc air, direbus dengan api kecil sehingga menjadi 200 cc. Lalu airnya dibagi untuk dua kali minum.

Batuk Berdahak

Tanaman ini juga berkahsiat yang sedang batuk apalagi yang banyak dahaknya. Caranya rebus akar putri malu sebanyak 10-15 gram lalu airnya diminum.

Rematik 

15 gram akar Mimosa pudica direndam dalam arak putih 500 cc selama 2 minggu. Kemudian ditempelkan ditempat yang sakit.

Lain-lain:

Selain khasiat tersebut, putri malu juga berkhasiat untuk mengatasi penyakit lainnya. Akar dan bijinya berkhasiat untuk merangsang muntah. Bahkan para ahli pengobatan Cina dan juga penelitian AS serta indonesi mengindikasikan bawah tanaman putri malu bisa mengobati berbagai macam penyakit antara lain radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, dan herpes. Hal ini dikarenakan putri malu mengandung sifat kimiawi dan efek farmakologismanis, astrigen, aga dingin. Penenang (tranquiliser), sedative, peluruh dahak (expectorant), anti batuk (antitussive), penurun panas (antipiretic), anti radang (antiinflammatory), peluruh air seni (diuretic).

Peringatan:

Tapi harus diperhatikan juga kalo tanaman ini barbahaya bagi ibu hamil. Jadi bagi ibu hamil, tidak boleh mengonsumsi tanaman ini karena bisa mengakibatkan kematian pada janin. 

Jenis Tanaman Anthurium bunga Dan Daun

Jenis Tanaman Anthurium bunga Dan Daun – Anthurium terbagi atas dua jenis, yaitu anthurium bunga dan anthurium daun. Keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan memiliki kekhasannya tersendiri.
Jenis Anthurium bunga
Advertisements
Kini anthurium tidak hanya berdaun saja, namun kini anthurium telah ada yang berbunga. Bunga anthurium sangat cantik dipandang mata. Kecantikan bunganya inilah yang membuat sebagian para penghobi menyukai tanaman hias yang satu ini.jenis anthurium bunga
Apalagi kini anthurium memiliki berbagai macam warna pada bunganya. Maraknya perkawinan silang yang dilakukan antara anthurium bunga jenis yang satu dengan jenis lainnnya. Itu sebabanya, warna bunga dari anthurium menjadi beragam.
Lantas, apa-apa saja warna dari bunga anthurium? Warna dari bunga diantaranya adalah, merah mudah, merah, dan oren. Dari ketiga warna tersebut, yang paling digemari adalah warna merah. Mengapa begitu? Sebab, anthurium bunga yang berwarna lebih cerah.
Tanaman hias yang satu ini memiliki satu keunikan. Keunikannya yang dimilikinya adalah bentuk bunganya seperti bentuk burung flaminggo. Ya, burung flaminggo. Unik bukan? Keunikan ini membuatnya semakin dikenal oleh halayak ramai.

Jenis Tanaman Anthurium bunga Dan Daun

Tanaman hias anthurium bunga ini cocok diletakkan pada halaman depan rumah. Bentuknya yang indah cocok digunakan untuk menghiasi halaman depan rumah Anda.
Dengan begitu, halaman depan rumah Anda yang tadinya tidak ada pemandangan, kini sudah ada pemandangannya. Dan cocok untuk pelepas stres yang ditimbulkan selepas melakukan aktivitas sehari-hari.
Anthurium bunga ini mampu hidup pada kelembapan yang sedang dan intensitas cahaya matahari yang sedang. Sementara suhu yang dibutuhkan oleh tanaman hias yang satu ini adalah 15-26 derajat Celcius.
Advertisements
Jenis Anthurium daunJenis Tanaman Anthurium bunga Dan Daun
Walaupun anthurium daun ini tidak memiliki bunga seperti tanaman hias pada umumnya, namun anthurium daun ini tetap saja memikat hati bagi para penggemarnya. Daunnya yang mulus yang membuat anthurium makin digemari oleh para penghobinya.
Ciri-ciri dari tanaman anthurium ini adalah memiliki bentuk yang panjang dan tidak terlalu lebar. Panjang dari daunnya kira-kira mencapai dua setengah meter. Panjang bukan? Selain itu, daun tanaman hias yang satu ini memang tidak terlalu lebar, sehingga antara panjang dan lebarnya menjadi sama rata dan seimbang.
Syarat hidup dari tanaman hias ini adalah mampu hidup pada kelembapan sedang serta membutuhkan sinar matahari yang sedang. Dan suhu yang dibutuhkan adalah 15 – 26 derajat Celcius.
Penempatan tanaman hias anthurium daun yang baik adalah pada lantai ruangan tamu dan teras. Anthurium daun sangat cocok diletakkan pada lantai ruangan tamu dan teras.
Hal ini disebabkan daunnya yang sangat cantik yang membuat ruangan menjadi tampak indah dan siapapun yang melihat anthurium bunga ini menjadi terkesima.
Mungkin bagi para penghobi, untuk mendapatkan tanaman hias ini, semua hal akan dilakukannya. Walaupun  harga dari anthurium daun ini tidaklah murah, tetapi tetap saja ada yang menginginkannya.

Manfaat dan Khasiat Bunga Terompet

Manfaat dan Khasiat Bunga Terompet
Bunga Terompet (Angel Trumpet)



Deskripsi, Penjelasan dan Pengertian Bunga Terompet

Bunga terompet adalah bunga yang sering kita jumpai di sekitar jalan daerah pegunungan. Fungsi Bunga terompet untuk digunakan sebagai tanaman hias. Bunga terompet bahasa inggrisnya Angel’s trumpet ini yang mempunyai bentuk lonjong seperti terompet yang memiliki berbagai warna kuning, merah, ungu dll. Tumbuhan bunga terompet ini habitatnya berada di daerah pegununggan. Bunga terompet ini berasal dari berasal dari Amerika tengah dan Amerika Selatan Bunga terompet mempunyai arti filosofi ketenaran. Bunga terompet kuning yang memiliki nama latin Datura Arborea. Budidaya tanaman bunga terompet ini menggunakan cara stek batang. Bunga terompet ini mempunyai efek penghilang kesadaran atau anticholinergics maka berhati-hati lah saat menggunakan bunga terompet ini untuk pengobatan agar tidak keracunan.



Morfologi Bunga Terompet / Ciri Bunga Terompet / Anatomi Bunga Terompet
 
  • Bunga Terompet dapat tumbuh dan mekar pada setiap tahun
  • pada tanaman yang dapat tumbuh hingga lebih dari 2 meter 
  • Tangkai bunga ini berwarna hijau muda dan mempunyai daun yang agak kasar 
  • Warna kuning pada bunga Terompet sangat cerah 
  • Struktur Bunga Terompet mempunyai bentuk bunganya sendiri mencapai ukuran diameter 5 sampai 7, 5 cm


Klasifikasi Bunga Terompet


Kerajaan: Plantae
Filum: Basidiomycota
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apocynales
Famili: Apocynaceae
Genus: Allamanda
Spesies: Allamanda cathartica


Kandungan Kimia Bunga Terompet

Kandungan aktifnya adalah atropine, hyoscyamine dan scopolamine yang diklasifikasikan sebagai zat penghilang kesadaran atau anticholinergics. Resiko yang tinggi jika terjadi overdosis dibuktikan dengan laporan pasien yang dirawat di rumah sakit dan juga yang meninggal karena menggunakannya untuk iseng.”

Bunga Terompet pada umumya memang berwarna kuning. Namun seiring dengan perkembangan, bunga Terompet diperbanyak dengan cara penyilangan atau stek dan dapat menghasilkan bunga Terompet berwarna putih, ungu, merah muda atau oranye.

Manfaat dan Khasiat Bunga Terompet

Manfaat Bunga Terompet medis untuk antikolinergik, narkotik, obat bius, spasmolitik dan anti-asma. Kegunaan eksternalnya termasuk mengobati sakit dan nyeri, dermatitis, orkitis, artritis, rematik, sakit kepala, infeksi, dan sebagai anti-inflamasi yang tersedia dalam bentuk sirup, salep, atau penerapan langsung daunnya secara transdermal pada kulit. Penggunaan internalnya adalah dalam persiapan yang sangat encer dan sering sebagai bagian dari campuran yang lebih besar, yaitu meliputi pengobatan untuk penyakit perut dan otot, sebagai dekongestan, untuk menginduksi muntah, untuk mengusir cacing dan parasit, dan sebagai obat penenang. Penggunaan secara internal jauh lebih jarang karena bahayanya sebagai obat makan sangat tinggi. Hal ini karena toksisitas tanaman ini sangat tinggi. Seluruh bagian Brugmansia beracun, dengan biji dan daun yang sangat berbahaya.

Catatan Penting

Hati-hati dalam menggunakan tumbahan ini karena tumbuhan ini juga memiliki racun pada bagian daun dan bijinya.

Penyu Laut

Indonesia adalah rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia, karena memberikan tempat yang penting untuk bersarang dan mencari makan, disamping merupakan rute perpindahan yang penting di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Namun, populasi enam spesies penyu laut tercantum sebagai yang rentan, terancam, atau sangat terancam menurut IUCN Red List of Threatened Species[Daftar Merah Spesies Yang Terancam Menurut IUCN]. Ancaman utama yang dihadapi oleh penyu laut mencakup hancurnya habitat dan tempat bersarang, penangkapan, perdagangan ilegal dan eksploitasi yang membahayakan lingkungan.

Pekerjaan kami di Pantai Jamursba Medi, Papua terfokus pada pelacakan pergerakan penyu belimbing betina (Dermochelys coriacea) setelah terpisah dari pantai tempat mereka bersarang di Papua dan mempelajari genetika dari populasi yang bersarang. Salah satu aspek kunci dari penelitian ini adalah keterlibatan dan kerjasama penuh dari masyarakat setempat dalam team pemantau. Kami juga bekerja melestarikan habitat penting dari penyu hijau (Chelonia mydas) di Pulau Derawan, Kalimantan Timur; Bali; dan Sukamade, Jawa Timur, dan memusatkan perhatian pada pengembangan rencana pembiayaan yang berkesinambungan untuk Gugus Tugas Penyu dan untuk jaringan pariwisata lingkungan berbasis penyu. Kami juga mendukung pemerintah untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam melaksanakan Rencana Pelestarian dan Pengelolaan (CMP) Samudera Hindia dan Nota Kesepahaman Asia Tenggara (IOSEA-MoU) untuk penyu laut.
 
  1. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)
  2. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
 
 ©  WWF-Indonesia/Fitrian Ardiansyah

Orangutan Sumatera

Nama latin: Pongo abelii

Orangutan Sumatera adalah jenis orangutan yang paling terancam di antara dua spesies orangutan yang ada di Indonesia. Dibandingkan dengan 'saudaranya' di Borneo, orangutan Sumatera mempunyai perbedaan dalam hal fisik maupun perilaku. Spesies yang saat ini hanya bisa ditemukan di propinsi-propinsi bagian utara dan tengah Sumatera ini kehilangan habitat alaminya dengan cepat karena pembukaan utan uantu perkebunan dan pemukiman serta pembalakan liar.

Terdapat 13 kantong populasi orangutan di pulau Sumatera. Dari jumlah tersebut kemungkinan hanya tiga kantong populasi yang memiliki sekitar 500 individu dan tujuh kantong populasi terdiri dari 250 lebih individu. Enam dari tujuh populasi tersebut diperkirakan akan kehilangan 10-15% habitat mereka akibat penebangan hutan sehingga populasi ini akan berkurang dengan cepat.

Menurut IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orangutan Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 da 1999, laju kehilangan tersebut dilaporkan mencapai sektar 1000 orangutan per tahun dan terdapat di Ekosistem Leuser, salah satu luasan hutan terbesar di bagian utara Pulau Sumatera. Saat ini populasi orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 6.500-an ekor (Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan, Dephut 2007) dan dalam IUCN Red List edisi tahun 2002, orangutan Sumatera dikategorikan Critically Endangered atau sudah sangat terancam kepunahan.

Ciri-ciri FisikKebalikan dari orangutan Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan. Panjang tubuhnya sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter. Berat orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sedangkan yang jantan sekitar 50-90 kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan.

Jantan dewasa umumnya penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orangutan dan kedua jenis kelamin mempunyai daya jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah disapih pada umur 3,5 tahun, anak orangutan akan berangsur-angsur independen dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orangutan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.

Pola Makan
Sekitar 60% makanan orangutan adalah buah-buahan seperti durian, nangka, leci, mangga dan buah ara, sementara sisanya adalah pucuk daun muda, serangga, tanah, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka juga tidak hanya mendapatkan air dari buah-buahan tetapi juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui menggunakan potongan ranting untuk mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat intelegensi yang tinggi pada orangutan Sumatera.

AncamanAncaman terhadap populasi orangutan Sumatera mencakup hilangnya habitat hutan yang menjadi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging, kebakaran hutan dan perburuan.
  • Penurunan dan Hilangnya Habitat
    Habitat orangutan di Sumatera menghilang dengan sangat cepat. Di Sumatera Utara, diperkirakan tutupan hutan telah berkurang dari sekitar 3,1 juta hektar di tahun 1985 menjadi 1,6 juta hektar pada 2007. Sebaran orangutan di masa yang lalu diperkirakan hingga ke Sumatera Barat (Yeager, 1999), tetapi saat ini sebaran orangutan di habitat aslinya hanya terdapat di Aceh dan Sumatera Utara serta areal reintroduksi orangutan di perbatasan Jambi dan Riau.
    Sebuah rencana untuk membangun jalan besar melalui Ekosistem Leuser di bagian utara Sumatera saat ini mengancam habitat orangutan. Jalan raya ini setidaknya akan memotong Ekosistem Leuser di sembilan tempat dan unit-unit habitat tambahan orangutan di bagian utara yang lebih jauh. Diperkirakanjika jalan raya tersebut dibuat melintasi kawasan hutan, penebangan liar pun akan semakin meluas sehingga meningkatkan ancaman terhadap habitat orangutan Sumatera.

  • Perburuan
    Meskipun telah dilindungi oleh hukum di Indonesia sejak 1931, perdagangan liar orangutan untuk dijadikan hewan peliharaan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi satwa langka ini. Saat ini di beberapa lokasi di sumatera utara dilaporkan telah terjadi konflik antara orangutan dan manusia akibat adanya pembukaan hutan alam untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di habitat atau wilayah jelajah orangutan. Akibat fatal biasanya menimpa orangutan.

Upaya yang dilakukan WWFWWF-Indonesia membantu Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kehutanan dalam mengembangkan Rencana Tata Ruang Berbasiskan Ekosistem Pulau Sumatera, sebagai upaya penyelamatan sebagai restorasi hutan tersisa di Sumatera. WWF juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melindungi lansekap hutan yang tersisa di Bukit Tiga Puluh dan Jambi di mana lansekap tersebut juga merupakan areal introduksi orangutan Sumatera di alam.

WWF Indonesia juga bekerja bersama sejumlah LSM yang bergerak di bidang pelestarian orangutan dalam mempublikasikan panduan teknis Penanganan Konflik Manusia dan Orangutan di Dalam dan Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. Dokumen tersebut dimaksudkan untuk membantu sektor industri dalam mengidentifikasi dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengadopsi praktik-praktik pengelolaan yang lebih baik (Beter Management Practices/BMP) yang bermanfaat bagi konservasi dan industri. WWF juga terlibat secara aktif dalam pengembangan Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan yang dirilis oleh Presiden RI tahun 2007.
  
 © WWF-Indonesia/Fletcher & Baylis

Gajah Sumatera

Nama latin: Elephas maximus sumatrensis

Gajah Sumatera (Elephas maximus) saat ini, terutama seluruh gajah Asia dan sub-spesiesnya, termasuk satwa terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam punah yang keluarkan oleh Lembaga Konservasi Dunia –IUCN, termasuk Gajah Sumatera. Di Indonesia, Gajah Sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diatur dalam peraturan pemerintah yiatu PP 7/1999 tentang Pengawetaan Jenis Tumbuhan dan Satwa.  Masuknya Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dalam daftar tersebut disebabkan oleh aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, serta pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Perburuan biasanya hanya diambil gadingnya saja, sedangkan sisa tubuhnya dibiarkan membusuk di lokasi.
Gajah Sumatera merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Artinya konservasi satwa besar ini akan membantu mempertahankan keragaman hayati dan integritas ekologi dalam ekosistemnya, sehingga akhirnya ikut menyelamatkan berbagai spesies kecil lainnya. Dalam satu hari, gajah mengonsumsi sekitar 150 kg makanan dan 180 liter air dan membutuhkan areal jelajah hingga 20 kilometer persegi per hari. Biji tanaman dalam kotoran mamalia besar ini akan tersebar ke seluruh areal hutan yang dilewatinya dan membantu proses regenerasi hutan alam.
 

Ancaman

Namun kini diperkirakan telah menurun jauh dari angka tersebut karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi. Kajian WWF-Indonesia menunjukkan bahwa populasi gajah Sumatera kian hari makin memprihatinkan, dalam 25 tahun, gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70% habitatnya, serta populasinya menyusut hingga lebih dari separuh. Estimasi populasi tahun 2007 adalah antara 2400-2800 individu, namun kini diperkirakan telah menurun jauh dari angka tersebut karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi.

Khusus untuk di wilayah Riau dalam seperempat abad terakhir ini estimasi populasi gajah Sumatera, yang telah lama menjadi benteng populasi gajah, menurun sebesar 84% hingga tersisa sekitar 210 ekor saja di tahun 2007. Lebih dari 100 individu Gajah yang sudah mati sejak tahun 2004. Ancaman utama bagi gajah Sumatera adalah hilangnya habitat mereka akibat aktivitas penebangan hutan yang tidak berkelanjutan perburuan dan perdagangan liar juga konversi hutan alam untuk perkebunan (sawit dan kertas) skala besar.

Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah dengan laju deforestasi hutan terparah di dunia dan populasi gajah berkurang lebih cepat dibandingkan jumlah hutannya. Penyusutan atau hilangnya habitat satwa besar ini telah memaksa mereka masuk ke kawasan berpenduduk sehingga memicu konflik manusia dan gajah, yang sering berakhir dengan kematian gajah dan manusia, kerusakan lahan kebun dan tanaman dan harta benda.

Pengembangan industri pulp dan kertas serta industri kelapa sawit sebagai salah satu pemicu hilangnya habitat gajah di Sumatera, mendorong terjadinya konflik manusia-satwa yang semakin hari kian memuncak. Pohon-pohon sawit muda adalah makanan kesukaan gajah dan kerusakan yang ditimbulkan gajah ini dapat menyebabkan terjadinya pembunuhan (umumnya dengan peracunan) dan penangkapan. Ratusan gajah mati atau hilang di seluruh Provinsi Riau sejak tahun 2000 sebagai akibat berbagai penangkapan satwa besar yang sering dianggap ‘hama’ ini.
 

Kerugian

Selama tahun 2013 saja, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh konflik Gajah di Riau menyebabkan sekitar 1,99 miliar. Belum lagi jika ditambahkan dengan angka keseluruhan konflik Gajah di Sumatera.
 

Upaya yang dilakukan WWF-Indonesia

WWF bekerja di tiga wilayah di Sumatera yang dinilai sangat penting bagi upaya konservasi gajah. Terobosan-terobosan besar telah berhasil dicapai dengan dideklarasikannya Taman Nasional Tesso Nilo di Riau (tahap I seluas 38,576 ha) oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2004. Pada tahun 2006, Menteri Kehutanan menetapkan Provinsi Riau sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera melalui Permenhut No. 5/2006. Hal ini merupakan langkah besar bagi penyelamatan habitat gajah di Sumatera.

Pada tahun 2004, WWF memperkenalkan Tim Patroli Gajah Flying Squad pertama di Desa Lubuk Kembang Bunga yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang baru ditetapkan. Tim ini, yang terdiri dari sembilan pawang dan empat gajah latih, mengarahkan gajah-gajah liar untuk kembali ke hutan apabila mereka memasuki ladang maupun kebun milik masyarakat desa tersebut. Sejak mulai beroperasi, Tim Flying Squad Tesso Nilo berhasil mengurangi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat setempat yang timbul akibat serangan gajah dan mencegah pembunuhan gajah akibat konflik.

Untuk memitigasi konflik manusia dan gajah, sejak Juli 2009, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat, serta Forum Komunikasi Mahout Sumatera (FOKMAS) melakukan pemasangan GPS Satellite Collar. Alat ini dipasang pada Gajah liar untuk mengetahui keberadaan sebagai upaya monitoring keberadaan dan pergerakannya, dan sebagai peringatan dini untuk mitigasi konflik Gajah sehingga dapat mencegah masuknya Gajah liar ke area pemukiman atau perkebunan sehingga dapat meminimalkan konflik antara Gajah dan manusia.

Tahun 2012, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Biologi Molekular Eijkman. Tujuannya adalah mengetahui sebaran, populasi dan hubungan kekerabatan Gajah khususnya di Tesso Nilo melalui DNA gajah. Lembaga penelitian ini juga memberikan pelatihan untuk pengambilan sampel kotoran gajah dan memastikan penggunaan alat dan bahan yang tepat. Sampel kotoran ini kemudian akan di ekstraksi, amplifikasi dan analisa DNA. Selain mengetahui sebaran dan populasi gajah di Tesso Nilo, studi ini diharapkan dapat mengungkapkan keanekaragaman genetika gajah Sumatera di Tesso Nilo serta hubungan kekerabatan antar individu maupun antar kelompok Gajah. 
 
 © WWF-Indonesia/Supriyanto

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah(critically endangered)
Berdasarkan data tahun 2004, jumlah populasi harimau Sumatera di alam bebas hanya sekitar 400 ekor saja. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga.

Harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan illegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Harimau Sumatera hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.

Ciri-ciri Fisik
  • Harimau Sumatera memiliki tubuh yang relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.
  • Jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjang dari kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg. Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg.
  • Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua.

Ancaman
 
Harimau Sumatera berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan. Laporan tahun 2008 yang dikeluarkan oleh TRAFFIC – program kerja sama WWF dan lembaga Konservasi Dunia, IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar – menemukan adanya pasar ilegal yang berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau. Dalam studi tersebut TRAFFIC mengungkapkan bahwa paling sedikit 50 harimau Sumatera telah diburu setiap tahunnya dalam kurun waktu 1998- 2002. Penindakan tegas untuk menghentikan perburuan dan perdagangan harimau harus segera dilakukan di Sumatera.

Populasi Harimau Sumatera yang hanya sekitar 400 ekor saat ini tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan. Sebagian besar kawasan ini terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Bersamaan dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia dan seringkali dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.

Propinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi harimau Sumatera. Sayangnya, sekalipun sudah dilindungi secara hukum, populasi harimau terus mengalami penurunan hingga 70% dalam seperempat abad terakhir. Pada tahun 2007, diperkirakan hanya tersisa 192 ekor harimau Sumatera di alam liar Propinsi Riau.

Upaya yang Dilakukan WWF
WWF Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, industri yang mengancam habitat harimau, organisasi konservasi lainnya serta masyarakat lokal untuk menyelamatkan Harimau Sumatera dari kepunahan. Pada tahun 2004, Pemerintah Indonesia mendeklarasikan kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai Taman Nasional untuk memastikan masa depan yang aman bagi keberadaan Harimau Sumatera. Tahun 2010, pada KTT Harimau di St. Petersburg, Indonesia dan 12 negara lainnya yang melindungi harimau berkomitmen dalam sebuah tujuan konservasi spesies ambisius dan visioner yang pernah dibuat: TX2 – untuk menambah kelipatan jumlah harimau sampai pada akhir tahun 2022, tahun Harimau selanjutnya.

Program Nasional Pemulihan Harimau Indonesia sekarang merupakan bagian dari tujuan global dan meliputi enam lansekap prioritas Harimau Sumatera ini: Ulumasen, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Bukit Barisan Selatan.

WWF saat ini tengah melakukan terobosan penelitian tentang Harimau Sumatera di Sumatera Tengah, menggunakan perangkap kamera untuk memperkirakan jumlah populasi, habitat dan distribusi untuk mengidentifikasi koridor satwa liar yang membutuhkan perlindungan. WWF juga menurunkan tim patroli anti-perburuan dan unit yang bekerja untuk mengurangi konflik manusia-harimau di masyarakat lokal.

WWF Indonesia bangga menjadi bagian penting dari TX2.

  
 © WWF-Indonesia/Saipul Siagian